Sabtu, 23 Juni 2012

Struktur Produksi, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan


Distribusi Pendapatan
Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan, yang keduanya digunakan untuk tujuan analisis dan kuantitatif tentang keadilan distribusi pendapatan. Kedua ukuran tersebut adalah distribusi ukuran, yakni besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing orang; dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi, Distribusi ukuran ini secara langsung menghitung jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga tanpa memperdulikan sumbernya, sedangkan Distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi pendapatan per faktor produksi berfokus pada bagian dari pendapatan nasional total yang diterima oleh masing-masing faktor produksi (tanah, tenaga kerja, dan modal).
Distribusi kekayaan
Distribusi kekayaan yaitu proses pembagian kekayaan yang ada di suatu wilayah agar tidak menumpuk pada golongan tertentu, bukan jaminan bahwa penduduk disuatu wilayah akan hidup dengan sejahtera bila daerahnya kaya akan sumber daya alam.

PENJELASAN ANTARA PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti penting. Petumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunanekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsinsehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.
Selain dari sisi permintaan (konsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan penduduk juga membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambhana pendapatan tersebut (ceteris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan konsumsi dan kesempatan kerja itu sendiri hanya bisa dicapai dengan penigkatan output agregat (barang dan jasa) atau PDB yang terus-menerus. Dalam pemahaman ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB, yang berarti peningkatan PN.
Konsep Pendapatan Nasional mempunyai dua arti yaitu dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti sempit, PN adalah PN sedangkan dalam arti luas, PN dapat merujuk ke PDB atau merujuk ke produk nasional bruto (PNB), atau ke produk nasional neto (PNN). Perhitungan PN diawali dengan perhitungan PDB. Hubungan antara PDB dan PN dapat dijelaskan melalui beberapa persamaan sederhana sebagai berikut:
 PNB = PDB + F
 PNN = PNB – D
 PN = PNN –Ttl
keterangan:
F = pendapatan neto atas faktor luar negeri
D = penyusutan
Ttl = pajak tak langsung neto
Jika tiga persamaan di atas di gabungkan, akan memperoleh persamaan sebagai berikut:
PDB = PN + Ttl + D – F atau PN = PDB +F - D –Ttl
PDB dapat diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dua pendekatan pertama tersebut adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat, sedangkan pendekatan pengeluaran adalah perhitungan PDB dari sisi permintaan agregar. Sumber-sumber pertumbuhan dapat bersumber dari pertumbuhan permintaan agragat (AD) atau dan pertumbuhan penawaran agregat (AS).
Penjelasan ini juga terdapat teori-teori dan model-model pertumbuhan perekonomian seperti Teori Klasik, Teori Neo-Keynes, Teori Neo-Klasik dan Teori Modern. Di dalam teori klasik ada dua aliran pemikiran mengenai pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari sisi AS/produksi yaitu teori klasik dan teori modern dan diantara kedua ini, teori neo-keynes dan teori neo-klasik. Dasar pemikiran teori klasik adalah pembangunan ekonomi yang dilandasi oleh sistem Liberal, yang manapertumbuhan ekonomi di pacu oleh semangat untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Beberapa teori klasik terdapat disini yaitu sebagai berikut:
  1. Teori Pertumbuhan Adam Smith, di dalam teori ini terdapat tiga faktor penentu proses produksi/pertumbuhan, yaitu SDA, SDM, dan barang modal.
  2. Teori Pertubuhan David Ricardo, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh SDA (dalam arti tanah) yang terbatas jumlahnya, dan jumlah penduduk yang menghasilkan jumlah tenaga kerja yang menyesuaikan diri dengan tingkat upah. Menurut David Ricardo pertanian adalah sektor utama sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi.
  3. Teori Pertumbuhan dari Thomas Robert Malthus, menurutnya, ukuran keberhasilan pembangunan suatu perekonomian adalah kesejahteraan Negara, yakni jika PNB potensialnya meningkat. Sekotor yang paling dominan adalah sektor industri dan pertanian. Jika output di kedua sektor itu di tingkatkan, maka PNB potensialnya akan bisa di tingkatkan. Menurut Thomas Robert Malthus ada dua faktor yang sangat menentukan pertumbuhan yaitu faktor ekonomi seperti tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi ; dan juga faktor nonekonomis seperti keamanan atas kekayaan, konstitusi dan hukum yang pasti, etos kerja dan disiplin pekerja yang tinggi. tetapi, diantara faktor tersebut yang paling berpengaruh adalah faktor akumulasi modal. 
  4. Teori Marx, membuat lima tahapan perkembangan sebuah perekonomian yaitu: 1. perekonomian komunal priminif 2. perekonomian perbudakan 3. perekonomian feodal 4. perekonomian kapitalis 5. perekonomian sosialis.
Teori selanjutnya yaitu tentang teori Neo-Keynes, model pertumbuhan yang di dalam kelompok teori Neo-Keynes adalah model daro Harrod dan Domar yang mencoba memeperlus teori keynes mengenai keseimbangan pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangaka panjang dengan menlihat pengaruh dari investasi, baik pada AD maupun pada perluasan kapasitas produksi AS, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya yaitu mengenai Teori Neo-Klasik. Pemikiran dari teori ini didasarkan pada kritik atas kelemahan-kelemahan atau penyempurnaan terhadap pandangan/asumsi dari teori klasik. Beberapa model teori ini adalah sebagai berikut yaitu:
  1. Model Pertumbuhan A.Lewis
  2. MOdel Petumbuhan Paul A.Baran
  3. Teori Ketergantungan Neokolonial
  4. Model Pertumbuhan WW.Rostow
 Kemudai Teori Modern, dari teori-teori yang di bahas dia atas kurang dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang sejak tahun 1950-an di banyak negara di dunia yang kenyataannya pertumbuhan tersebut tidak sepenuhnya hanya dodorong olah akumulasi modal dan penambahan jumlah tenaga kerja,, tetapi juga disebabkan oleh peningkatan produktifitas dari kedua faktor tersebut.
Setelah melihat teori-teori di atas kita akan melihat kondisi pembangunan ekonomi Indonesia selama pemerintahan orde baru (sebelum krisis ekonomi 1997) dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses dalam pembanguna ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro(agregat). Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indikator ekonomi makro. tetapi, pada sekarang ini pemerataan dalam konteks Pembangunan Ekonomi Indonesia kurang merata karena semakin banyak saja masyarakat khususnya Indonesia yang masih kekurangan dalam faktor pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.

Pengertian Kemiskinan
Secara etimologis, kemiskinan berasal dari kata ”miskin” yangartinya tidak berharta benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial danBiro Pusat Statistik, mendefinisikan kemiskinan dari perspektif kebutuhandasar. Kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhikebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (Nurhadi, 2007: 13). Lebihlanjut Nurhadi (2007: 13) menyebutkan kemiskinan merupakan sebuahkondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan yang disebut garis kemiskinan(povertyline)atau batas kemiskinan (povertytresshold)

. Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapatmembayar kebutuhan makanan secara 2.100 kilo kalori per orang per haridan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian,kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.

Jenis Kemiskinan
Menurut Frank Ellis (Nurhadi, 2007: 14) kemiskinan memiliki berbagai dimensi yang menyangkut aspek ekonomi, politik dan sosial- psikologis. Kemudian menurut Tadjuddin (Nurhadi, 2007: 15) membagikemiskinan menjadi tiga jenis dengan variasi yang berbeda, yaitu:kemiskinan ekonomi, kemiskinan sosial, dan kemiskinan politik. Darikedua pendapat ini, maka kemiskinan memiliki 3 aspek, yaitu: (1)ekonomis, (2) politik dan (3) sosial-psikologis.a. Kemiskinan ekonomiSecara ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagaikekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhikebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang
Sumberdaya dalam hal ini tidak hanya menyangkut masalah finansialsaja, tetapi juga meliputi semua jenis kekayaan (
wealth
) yang dapatmeningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Berdasarkankonsepsi ini, maka kemiskinan dapat diukur secara langsung denganmenetapkan persediaan sumberdaya yang dimiliki melalui penggunaan
standar baku yang dikenal dengan garis kemiskinan (
 poverty line
).Cara seperti ini sering disebut dengan metode pengukuran kemiskinanabsolut. b. Kemiskinan politik Secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat aksesterhadap kekuasaan (
 power 
). Kekuatan dalam pengertian ini mencakuptatanan sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orng dalam menjangkau dan menggunanakan
resources
. Ada tiga pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan akses terhadap kekuasaanini, yaitu: (1) bagaimana orang dapat memanfaatkan sumberdaya yangada dalam masyarakat, (2) bagaimana orang turut ambil bagian dalam pembuatan keputusan penggunaan sumberdaya yang tersedia, (3) bagaimana kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatankemasyarakatan.c.

Kemiskinan sosial-psikologisSecara sosial-psikologis, kemiskinan menunjuk padakekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalammendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktifitas.Dimensi ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkanoleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangiseseorang dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada didalam masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat bersifat internalmaupun eksternal

Definisi kemiskinan menurut;
  1. Ginandjar (1993), kemiskinan ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga makin tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki potensi lebih tinggi. Keadaan kemiskinan umumnya diukur dengan tingkat pendapatan dan pada dasarnya dapat dibedakan dalam kemiskinan absolute dan kemiskinan relatif.
  2. Karlsson (1978), dimensi-dimensi dari kemiskinan absolute adalah makanan, air, perumahan, kesehatan dan pemeliharaannya, pendidikan dan kesempatan kerja, sementara penyebab dari berlanjutnya kemiskinan absolute adalah tidak mencakupinya barang-barang dan jasa yang tersedia atau tidak memadainya pertumbuhan pertumbuhan ekonomi, besarnya jumlah penduduk atau peledakan populasi dan tidak meratanya distribusi sumber-sumber yang ada.
  3. Jhon Friedmann (1979), kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan social.
  4. Sar A. Levitan (1980), sabagai kekurangan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak. Karena standar hidup itu berbeda-beda, maka menurut Levitan, tidak ada definisi yang diterima secara universal.
  5. Bradley R. Schiller (1979), kemiskinan merupakan ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan jasa-jasa yang memadai guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan social yang terbatas.
  6. Lewis (1969), kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan material seseorang.
  7. Amarta Sen (1989), lebih bersifat absolute karena berkaitan dengan batasan minimum, dan didefinisikan sebagai “The failure to have certain minimum capabilities”.
  8. Emil Salim (1980), kimiskinan biasanya dilukiskan sabagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
  9. Bank Dunia (1989), perdebatan akan selalu muncul ketika orang menentukan garis kemiskinan absolute karena batas antara miskin atau tidak, serta cara untuk menghitung dan membandingkan “income” dengan standar kehidupan pada waktu dan tempat tertentu, belum dapat diteriman secara umum.

Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar